SEMARANG, suaramerdeka.com – Konsep dialog bersama yang dilakukan secara berimbang dari hati ke hati antara pemerintah dengan semua unsur di Papua dinilai menjadi salah satu solusi dalam menangani berbagai permasalahan di Papua, khususnya persoalan separatisme.
Hal itu diungkapkan Tokoh Pemuda Papua, Robert Manaku saat menjadi pemateri di acara Kopdar Kebangsaan, Remaja Masjid Melawan Gerakan Radikalisme, Komunisme, Separatisme dan Komunisme demi Keutuhan NKRI di Balai Kota Semarang, Jalan Pemuda No 148 Semarang, Jumat (14/2) malam.
“Separatisme di Papua tidak akan ada selesainya, karena memiliki sejarah panjang. Namun dengan dialog bersama dari hati ke hati kami harap gerakan separatisme di Papua dapat ditangani dengan baik,” kata Robert.
Robert mengungkapkan, meski pemerintah telah menerapkan undang-undang otonomi khusus (otsus) untuk Papua sejak 2001, namun tidak semua masyarakat Papua menerimanya secara keseluruhan. Karena rakyat Papua, kata dia, tidak merasakan dampak perekonomian yang begitu berarti. Hal ini menimbulkan gejolak tersendiri bagi rakyat Papua.
“Perubahan secara siginifikan tidak ditemukan sampai hari ini. Tidak ada harapan hidup bagi orang Papua,” katanya.
Robert berpendapat, pemerintah perlu merubah cara pandang dalam membangun Papua. Sebab, banyak pembangunan infrastruktur di Papua namun belum mampu meningkatkan kesejahteraan dan peningkatan ekonomi masyarakat Papua.
“Sedangkan kelompok-kelompok yang selama ini berseberangan dengan pemerintah tidak pernah diajak dialog. Jangan sampai rakyat Papua tertindas di tanahnya sendiri,” imbuhnya.
Para peserta Kopdar Kebangsaan, Remaja Masjid Melawan Gerakan Radikalisme, Komunisme, Separatisme dan Komunisme demi Keutuhan NKRI foto bersama usai acara. (suaramerdeka.com/Siswo Ariwibowo)
Para peserta Kopdar Kebangsaan, Remaja Masjid Melawan Gerakan Radikalisme, Komunisme, Separatisme dan Komunisme demi Keutuhan NKRI foto bersama usai acara. (suaramerdeka.com/Siswo Ariwibowo)
Ketua Perhimpunan Remaja Masjid Dewan Masjid Indonesia (PRIMA DMI) Jawa Tengah, Ahsan Fauzi mengatakan, masjid sebagai tempat beribadah umat Islam harus steril dari persebaran paham radikalisme, terorisme dan sejumlah paham lain yang dapat mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Jangan sampai pemuda, remaja masjid, terutama yang ikut prima DMI mengikuti gerakan-gerakan yang tidak jelas,” kata Ahsan Fauzi saat memberikan sambutan.
Dia berharap kopdar kebangsaan tersebut menjadi benteng para aktifis remaja masjid dari paham yang membahayakan eksistensi bangsa Indonesia.
“Mudah-mudah kopdar ini memberikan bekal dalam memperteguh semangat nasionalisme pemuda masjid,” ujar Mantan Ketua Remaja Islam Masjid Agung Jawa Tengah (Risma-JT) itu.
Ahsan melanjutkan, gerakan remaja masjid tidak hanya berkutat pada persoalan peribadatan. Namun, pemuda aktifis masjid dapat berkontribusi secara nyata dalam menjaga jamaah dari kelompok yang menganut paham intoleran an radikal.
“Saya berharap para remaja, pemuda masjid bisa menjaga masjid dari komunitas-komunitas yang tidak memiliki nasionalisme,” kata Ahsan saat ditemui awak media.
Ahsan berpendapat, saat ini keutuhan negara terus dibayangi oleh gerakan-gerakan intoleran dan sparatisme. Oleh karena itu, ia berharap para aktifis muda masjid memperluas pergaulan dan gerakannya.
“Caranya dengan menggandeng komunitas yang lebih luas, baik lintas agama maupun yang bersifat kesukuan,” ujarnya.
Lebih lanjut dia berharap Kopdar bisa menjadi rembuk bersama untuk mendapatkan solusi yang lebih baik lagi. “Bagaimanapun juga mereka semua saudara kita. Kita yakin tidak ada separatisme,” ucapnya.
Selain Robert, hadir sejumlah narasumber lain seperti, Rektor UIN Walisongo Semarang, Prof Dr KH Imam Taufiq, Perwira Seksi Intelegen (Pasi Intel) Kodim 0733 BS/Semarang, Sujono. Selain itu, turut hadir, Kepala Kesbangpol Kota Semarang, Haris, Ketua Takmir Masjid Raya Baiturrahman Simpanglima, KH Multazam Ahmad.